JAKARTA - Tekanan terhadap sektor industri nasional masih terasa di tengah dinamika ekonomi.
Risiko pemutusan hubungan kerja menjadi kekhawatiran yang terus dibahas berbagai pihak. Kondisi ini mendorong perlunya strategi jangka panjang yang lebih menyeluruh.
Asosiasi Pengusaha Indonesia menilai tantangan ketenagakerjaan tidak bisa diatasi dengan solusi instan. Stimulus jangka pendek dinilai belum menyentuh akar persoalan utama. Fokus kebijakan perlu diarahkan pada penguatan industri dan investasi.
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dipandang sebagai kunci utama. Tanpa ekspansi sektor riil, lapangan kerja sulit tercipta. Oleh karena itu, pencegahan PHK membutuhkan pendekatan struktural.
Program Bantalan Belum Cukup
Ketua Komite Bidang Ketenagakerjaan Apindo Subchan Gatot menilai program pemagangan memiliki peran positif. Program tersebut dianggap membantu lulusan perguruan tinggi memasuki dunia kerja. Namun, efektivitasnya dinilai masih terbatas.
Program pemagangan yang kini memasuki angkatan ketiga dipandang sebagai bantalan sementara. Skema ini membantu meredam tekanan di pasar tenaga kerja. Meski demikian, dampaknya belum signifikan bagi pertumbuhan ekonomi.
“Stimulus ini mungkin hanya bisa menjaga daya beli masyarakat kelas bawah dan tidak cukup jika untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya. Pernyataan ini menegaskan perlunya langkah yang lebih kuat. Fokus kebijakan perlu diperluas.
Investasi Jadi Kunci Lapangan Kerja
Subchan menegaskan penciptaan lapangan kerja bergantung pada ekspansi sektor riil. Industri yang tumbuh akan membuka ruang penyerapan tenaga kerja. Tanpa investasi baru, kapasitas penyerapan akan terbatas.
Masuknya modal segar dinilai sangat krusial bagi keberlangsungan industri. Investasi membuka peluang pembukaan pabrik dan lini produksi baru. Kondisi ini berdampak langsung pada penyerapan tenaga kerja.
Selain investasi, efisiensi internal perusahaan juga menjadi perhatian. Pengelolaan biaya dan produktivitas perlu dijaga agar bisnis tetap berkelanjutan. Langkah ini penting untuk menekan risiko PHK.
Kualitas Tenaga Kerja Perlu Sinkron
Sejalan dengan dorongan investasi, Apindo menyoroti kualitas tenaga kerja. Kebutuhan industri terus berkembang seiring perubahan teknologi. Kompetensi pekerja harus selaras dengan kebutuhan tersebut.
Pemerintah didorong untuk fokus pada program peningkatan keterampilan. Upskilling dan reskilling dinilai penting agar tenaga kerja tetap relevan. Program ini juga membantu meningkatkan daya saing industri.
“Kenaikan upah yang terjadi saat ini harus dibarengi peningkatan produktivitas. Pekerja yang kompetensinya meningkat akan memiliki mobilitas karir lebih baik serta kemampuan pendapatan yang lebih tinggi,” jelasnya. Pernyataan ini menekankan hubungan antara upah dan produktivitas.
Produktivitas dan Daya Saing
Peningkatan keahlian pekerja dinilai sebagai investasi jangka panjang. Kompetensi yang baik akan meningkatkan produktivitas perusahaan. Kondisi ini memperkuat daya saing industri nasional.
Jika produktivitas naik seiring kenaikan upah, beban perusahaan menjadi lebih terukur. Perusahaan memiliki ruang untuk bertumbuh tanpa tekanan berlebih. Risiko pemutusan hubungan kerja pun dapat ditekan.
Produktivitas yang tinggi juga membuka peluang ekspansi bisnis. Perusahaan lebih percaya diri melakukan investasi lanjutan. Dampaknya, lapangan kerja baru dapat tercipta.
Menekan PHK Secara Berkelanjutan
Subchan menegaskan peningkatan keterampilan menjadi jembatan utama. Langkah ini memastikan daya saing industri tetap terjaga. Dengan daya saing yang kuat, perusahaan lebih tahan terhadap tekanan ekonomi.
“Peningkatan skill tenaga kerja adalah jembatan untuk memastikan competitiveness di industri bisa terjadi, sehingga bisa menekan angka PHK di perusahaan,” ujarnya. Pernyataan ini mencerminkan strategi jangka panjang Apindo. Fokus tidak hanya pada bertahan, tetapi juga bertumbuh.
Upaya menekan PHK membutuhkan kolaborasi berbagai pihak. Pemerintah, pelaku usaha, dan tenaga kerja perlu berjalan seiring. Dengan strategi yang tepat, stabilitas ketenagakerjaan dapat terjaga.