Perawatan Gigi Keluarga

Perawatan Gigi Keluarga Mendukung Kualitas Hidup Sehat Jangka Panjang

Perawatan Gigi Keluarga Mendukung Kualitas Hidup Sehat Jangka Panjang
Perawatan Gigi Keluarga Mendukung Kualitas Hidup Sehat Jangka Panjang

JAKARTA - Kesehatan gigi masih sering menjadi perhatian sekunder dalam kehidupan keluarga di Indonesia. 

Banyak orang baru memeriksakan gigi ketika rasa sakit sudah mengganggu aktivitas. Padahal, kondisi gigi berperan besar dalam kualitas hidup sehari-hari.

Kebiasaan menunda perawatan gigi kerap terjadi karena berbagai alasan. Sebagian masyarakat masih menganggap masalah gigi bukan prioritas utama. Akibatnya, keluhan sering datang dalam kondisi yang sudah lebih berat.

Berdasarkan pengalaman praktik klinis sepanjang tahun 2025, ditemukan pola masalah gigi yang berulang. Masalah ini dialami oleh berbagai kelompok usia dalam keluarga. Temuan tersebut menunjukkan pentingnya perhatian lebih pada kesehatan gigi.

Tiga Masalah Gigi yang Paling Sering Ditemukan

Dokter lulusan Universitas Indonesia drg. Yulita Bong mengungkapkan terdapat tiga masalah gigi yang paling sering dialami keluarga di Indonesia. Ketiga masalah tersebut muncul secara konsisten dalam praktik klinis. Kondisi ini menjadi gambaran umum kesehatan gigi masyarakat.

Masalah pertama adalah ketidakharmonisan susunan gigi atau maloklusi. Masalah kedua adalah gigi berlubang yang terjadi pada anak maupun orang dewasa. Masalah ketiga adalah rendahnya kebiasaan perawatan gigi preventif dan rutin.

“Saat ini masih banyak pasien baru datang setelah muncul keluhan, padahal perawatan preventif dan rutin berperan penting dalam mencegah kondisi yang lebih berat. Di sisi lain, kekhawatiran terhadap biaya yang tidak terprediksi masih menjadi hambatan bagi sebagian masyarakat,” katanya.

Kesadaran Meningkat, Perawatan Masih Ditunda

Temuan tersebut mencerminkan adanya kesenjangan antara kesadaran dan tindakan nyata. Masyarakat mulai memahami pentingnya kesehatan gigi. Namun, perawatan sering ditunda hingga keluhan muncul.

Kesehatan gigi masih diperlakukan sebagai kebutuhan yang bisa menunggu. Pola ini menyebabkan banyak kasus datang dalam kondisi lanjut. Dampaknya, perawatan menjadi lebih kompleks.

Data menunjukkan masalah gigi dan mulut masih cukup tinggi. Sebagian besar masyarakat mengalami gangguan gigi. Namun, hanya sebagian kecil yang mencari pengobatan.

Hambatan Biaya dan Tren Kasus yang Meningkat

Ketidakpastian biaya menjadi salah satu hambatan utama dalam perawatan gigi. Banyak orang merasa ragu untuk memeriksakan diri. Kekhawatiran terhadap biaya yang tidak terprediksi membuat kunjungan ke dokter gigi tertunda.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, faktor biaya turut memengaruhi keputusan masyarakat. Ketidakjelasan harga perawatan membuat orang enggan memulai perawatan. Hal ini berdampak pada kondisi gigi jangka panjang.

“Jika dibandingkan dengan 2024, kami juga mencatat peningkatan lebih dari 25 persen pada kasus ketidakharmonisan susunan gigi serta sekitar 10 persen pada kasus gigi berlubang,” katanya.

Pendekatan Layanan untuk Mengubah Perilaku

Untuk mendorong perubahan perilaku, diperlukan pendekatan yang lebih menyeluruh. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menghadirkan layanan one-stop dental clinic. Pendekatan ini menggabungkan berbagai layanan dalam satu tempat.

Layanan berbasis dokter gigi umum dan dokter spesialis menjadi bagian dari strategi tersebut. Pengalaman perawatan yang nyaman dan transparan juga menjadi fokus utama. Tujuannya agar masyarakat merasa lebih percaya dan aman.

Yulita menyampaikan bahwa perawatan gigi perlu dijadikan bagian dari gaya hidup sehat. Dengan pendekatan yang tepat, masyarakat diharapkan tidak lagi menunda perawatan. Perubahan ini penting untuk mencegah masalah yang lebih serius.

Pentingnya Perawatan Gigi Sejak Usia Dini

Dokter spesialis gigi anak lulusan Universitas Indonesia drg. Eka Sabaty Shofiyah menekankan pentingnya perawatan gigi sejak dini. Kondisi gigi susu memengaruhi pertumbuhan gigi permanen. Struktur rahang juga dipengaruhi oleh kesehatan gigi anak.

Kebiasaan merawat gigi sejak kecil akan terbawa hingga dewasa. Masalah gigi yang dibiarkan dapat berkembang menjadi kondisi serius. Dampaknya tidak hanya pada kesehatan, tetapi juga psikologis.

“Jika dibiarkan, masalah gigi sejak kecil tidak hanya berisiko menimbulkan infeksi dan nyeri, tetapi juga berdampak pada rasa percaya diri anak saat tumbuh besar,” katanya.

Dampak Masalah Gigi pada Kehidupan Dewasa

Eka menegaskan bahwa perawatan gigi penting bagi semua usia. Orang dewasa juga perlu menjaga kesehatan gigi secara rutin. Kesehatan gigi berkaitan dengan kondisi tubuh secara keseluruhan.

Masalah gigi yang dibiarkan dapat memengaruhi kemampuan makan. Gangguan berbicara juga bisa terjadi. Interaksi sosial turut terdampak akibat rasa tidak nyaman.

Senyum yang sehat berperan besar dalam membangun rasa percaya diri. Hal ini berlaku di berbagai tahap kehidupan. Oleh karena itu, kesehatan gigi tidak boleh diabaikan.

Perawatan Rutin sebagai Investasi Jangka Panjang

Perawatan gigi rutin menjadi langkah penting dalam pencegahan. Tindakan seperti scaling membantu menjaga kebersihan gigi. Perawatan preventif lainnya juga memiliki peran besar.

Topical fluoride dan fissure sealant dapat mencegah gigi berlubang. Langkah-langkah ini membantu melindungi gigi sejak dini. Pencegahan lebih efektif dibandingkan pengobatan.

“Karena itu, perawatan gigi rutin seperti scaling, topical fluoride, fissure sealant menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan dan mencegah gigi berlubang sebagai investasi bagi kesehatan dan kualitas hidup jangka panjang,” ujar dia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index